Padang – Untuk mengatasi
masalah kelangkaan pupuk serta menjaga kualitas tanah, Saputra Academy
menggelar program pelatihan pembuatan pupuk berbasis batubara pertama di dunia di
Sumbar, Selasa (23/04/2024).
“Alhamdulillah, Sumbar dipercaya
sebagai tempat penyelenggaraan pelatihan pembuatan pupuk berbasis batubara ini
oleh Saputra Academy,” kata Gubernur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah, saat membuka
secara resmi program pelatihan tersebut di Hotel Pangeran Beach, Padang.
Program pelatihan ini, tentu
saja menjadi kabar baik, terutama bagi para petani yang kerap menghadapi
masalah kelangkaan pupuk. Program ini juga sejalan dengan konsentrasi Pemprov
Sumbar di sektor pertanian yang tercermin dari alokasi APBD Sumbar untuk
pertanian mencapai angka 10 persen.
“Sumbar juga menyatakan
kesiapan sebagai tempat pelaksanaan pelatihan serupa untuk masa-masa yang akan
datang,” ujar gubernur.
Apalagi pelatihan yang akan
berlangsung selama tiga bulan ini, diikuti juga oleh peserta dari negara
Nigeria. Sehingga, program ini pastinya mendatangkan devisa bagi negara. Untuk
itu pihaknya mengucapkan terima kasih kepada Saputra Academy selaku
penyelenggara dan produsesn pupuk berbasis batubara ini.
Sementara Duta Besar (Dubes)
RI untuk Nigeria, Usra Hendra Harahap mengatakan, Nigeria adalah negara dengan
lahan pertanian yang cukup luas. Secara umum, diperkirakan kebutuhan pupuk di
Nigeria mencapai 1,8 juta ton per tahun untuk 3 juta hektare total luas lahan
pertanian.
"Selama ini Nigeria
bergantung pada pupuk kimia (NPK) dan urea. Hal itu menyebabkan penurunan
kualitas nutrisi tanah di sana. Sementara penggunaan pupuk batubara tidak
mengurangi kandungan nutrisi tanah. Oleh karena itu, Nigeria berminat mengikuti
pelatihan ini," kata Usra.
Salah satu keunggulan produk
pupuk batubara yang diproduksi oleh Saputra, sambungnya, adalah kemampuan
mengembalikan 26 nutrisi ke dalam tanah. Sehingga, produk pertanian yang
dihasilkan memiliki kualitas baik dengan waktu panen yang relatif lebih cepat.
"Seperti kita tahu,
Nigeria itu daerah critical mineral, kaya sumber daya alam, termasuk batubara.
Namun karena keterbatasan teknologi, makanya mereka datang ke Indonesia untuk
belajar cara pengolahan pupuk berbasis batubara," ucapnya lagi.
Sebelumnya, utusan Zimbabwe
sudah pernah ke Indonesia untuk membeli teknologi mesin pupuk batubara dan mengikuti
pelatihan tersebut. Nantinya, beberapa negara di Benua Afrika lainnya juga akan
menyusul Nigeria untuk belajar pembuatan pupuk berbasis batubara tersebut.
“Kami sudah mempromosikan
keunggulan pupuk batubara ini ke 14 negara di Afrika," terangnya.
Sementara itu, Raden Umar
Hasan Saputra, dari The Investor of Coal Fertilizer (Investor Pupuk Batubara) menyebutkan,
pelatihan ini bertujuan untuk melakukan transfer teknologi.
"Kita menjual pupuk
batubara ini hanya sementara. Sebab kita ingin secepatnya kondisi tanah di
dunia ini segera membaik. Salah satunya dengan menggunakan pupuk dari batubara.
Tentunya dengan membangun pabrik pupuk batubara di setiap negara, dibutuhkan
teknologi, oleh karena itu butuh pelatihan dalam pembuatan pabrik tersebut,”
katanya.
Selanjutnya, Saputra
menjelaskan perbedaan pupuk futura dengan pupuk biasa antara lain, memiliki
kandungan unsur hara sangat lengkap, termasuk asam humat 20,33 persen, sehingga
hasil panen sangat lengkap nutrisinya.
Kemudian, pupuk futura
memiliki asam humat yang sangat tinggi untuk memperbaiki kesuburan dan struktur
tanah, meningkatkan efisiensi dan efektivitas serapan pupuk, sehingga
meningkatkan produksi.
“Selain itu, pupuk futura
dapat menyempurnakan kualitas hasil panen dan lebih tahan terhadap hama dan
penyakit, serta menghemat biaya pemupukan karena harga lebih terjangkau, dan
sangat cocok untuk semua jenis tanaman. Bahkan hasil panen lebih baik untuk
kesehatan,” ucapnya lagi. (devi)